https://demak.times.co.id/
Berita

Wow, Kota dari 140 Ribu Tahun Lalu Ditemukan Terendam di Selat Madura

Minggu, 25 Mei 2025 - 15:53
Wow, Kota dari 140 Ribu Tahun Lalu Ditemukan Terendam di Selat Madura Rekonstruksi Homo erectus menunjukkan nenek moyang manusia awal dengan bentuk tubuh tegak dan ciri-ciri kuat yang khas, mencerminkan peran pentingnya dalam evolusi manusia (FOTO: Daily Mail/Getty Image)

TIMES DEMAK, JAKARTA – Kota tersembunyi yang dibangun 140.000 tahun lalu ditemukan di dasar laut, antara pulau Jawa dan Madura, atau tepatnya di Selat Madura.

Kota tersembunyi tersebut ditemukan peneliti dari Belanda di 'gurun' yang luas terkubur di bawah laut lepas pantai Indonesia, dan para ilmuwan telah membuat penemuan inovatif yang bisa menulis ulang kisah asal-usul manusia.

Tengkorak Homo erectus, nenek moyang manusia purba , ditemukan lebih dari 140.000 tahun setelah pertama kali terkubur, terawetkan di bawah lapisan lumpur dan pasir di Selat Madura antara pulau Jawa dan Madura itu.

Para ahli, seperti dilansir Daily Mail mengatakan, situs tersebut mungkin merupakan bukti fisik pertama dari dunia yang hilang, daratan prasejarah yang dikenal sebagai Sundalandia yang pernah menghubungkan Asia Tenggara di dataran tropis yang luas.

Di samping tulang tengkorak , para peneliti juga menemukan 6.000 fosil hewan dari 36 spesies termasuk komodo, kerbau, rusa, dan gajah.

FOsil.jpgTerkubur di bawah lumpur selama 140.000 tahun, tengkorak itu baru saja dikonfirmasi sebagai Homo erectus, membentuk kembali apa yang kita ketahui tentang kehidupan manusia awal di Asia Tenggara.(FOTO B: Daily Mail)

Beberapa di antaranya memiliki tanda-tanda potongan yang disengaja yang merupakan bukti bahwa manusia purba mempraktikkan strategi berburu yang canggih.

Penemuan ini memberikan wawasan langka tentang kehidupan manusia purba dan daratan Sundalandia yang kini hilang, memberikan gambaran sekilas tentang perilaku dan adaptasi populasi manusia purba dalam menanggapi perubahan lingkungan.

Fosil-fosil itu ditemukan oleh penambang pasir laut pada tahun 2011, tetapi para ahli baru saja menetapkan usia dan spesiesnya, yang menandai tonggak penting dalam paleoantropologi.

"Periode ini dicirikan oleh keragaman morfologi yang besar dan mobilitas populasi hominin di wilayah tersebut," kata seorang arkeolog di Universitas Leiden di Belanda Harold Berghuis yang memimpin penyelidikan tersebut.

Terkubur di bawah lumpur selama 140.000 tahun, tengkorak itu baru saja dikonfirmasi sebagai Homo erectus, membentuk kembali apa yang kita ketahui tentang kehidupan manusia awal di Asia Tenggara.

Antara 7.000 hingga 14.000 tahun yang lalu, mencairnya gletser menyebabkan permukaan air laut naik lebih dari 120 meter, menenggelamkan dataran rendah Sundalandia. Seluruh masyarakat terpaksa mengungsi ke pedalaman atau ke pulau-pulau yang lebih tinggi.

Penemuan ini bermula saat penambangan pasir laut di Selat Madura, dimana pengerukan menemukan sisa-sisa fosil. Di lokasi reklamasi dekat Surabaya, pekerja menemukan lebih dari 6.000 fosil vertebrata bersama dengan dua fragmen tengkorak manusia.

Menyadari pentingnya hal tersebut, para ilmuwan meluncurkan survei terperinci, dengan cermat mengumpulkan dan membuat katalog temuan untuk dipelajari.

Untuk memahami penemuan tersebut, para peneliti menganalisis lapisan sedimen tempat fosil ditemukan dan mengungkap sistem lembah terkubur dari Sungai Bengawan Solo purba, yang pernah mengalir ke arah timur melintasi Paparan Sunda yang sekarang terendam.

Sedimen lembah menunjukkan ekosistem sungai yang berkembang pesat selama akhir Pleistosen Tengah.

Homo erectus menandai titik balik utama dalam evolusi manusia. Mereka adalah manusia purba pertama yang lebih mirip kita, dengan tubuh yang lebih tinggi dan lebih berotot, kaki yang lebih panjang, dan lengan yang lebih pendek.

Penentuan tanggal endapan merupakan kuncinya. Para peneliti menggunakan Optically Stimulated Luminescence (OSL) pada butiran kuarsa untuk menentukan kapan sedimen terakhir kali terpapar sinar matahari.

Di samping tengkorak, para peneliti menemukan 6.000 fosil hewan dari 36 spesies, termasuk komodo, kerbau, rusa, dan gajah. Hal ini menempatkan endapan lembah dan fosil tersebut antara sekitar 162.000 hingga 119.000 tahun yang lalu, tepat pada akhir zaman Pleistosen Tengah.

Dua fragmen tengkorak Homo erectus, tulang frontal dan parietal, dibandingkan dengan fosil Homo erectus yang diketahui dari situs Sambungmacan di Jawa.

Kecocokan yang dekat ini mengonfirmasi fosil Selat Madura sebagai Homo erectus, yang memperluas jangkauan spesies yang diketahui ke wilayah Sundalandia yang sekarang terendam. Situs ini sekarang dianggap sebagai lokasi fosil hominin bawah air pertama di Sundalandia.

Tim juga menemukan fosil dari genus mamalia herbivora besar yang telah punah mirip dengan gajah modern, yang dikenal sebagai Stegodon. Makhluk ini bisa mencapai panjang hingga 13 kaki hingga bahu dan berat lebih dari 10 ton.

Geraham mereka memiliki lebih banyak tonjolan dibandingkan gajah purba tetapi lebih sedikit dibandingkan gajah modern, yang menunjukkan tahap evolusi peralihan. Berbagai jenis sisa rusa juga ditemukan, termasuk tulang dan gigi dari beberapa spesies, yang menunjukkan populasi rusa yang beragam dan sehat.

Kehadiran rusa penting karena mereka merupakan indikator utama lingkungan yang pernah ada, biasanya berupa hutan terbuka atau padang rumput dengan air dan vegetasi yang cukup untuk mendukung hewan pemakan rumput dan biji-bijian.

Rusa ini kemungkinan menjadi sumber makanan penting bagi predator, termasuk manusia purba. Penemuan fosil hewan mirip antelop juga semakin mendukung teori, bahwa disitu dulunya habitat padang rumput.

Hewan-hewan ini biasanya lebih menyukai ruang terbuka daripada hutan lebat, sehingga fosil mereka membantu merekonstruksi lanskap purba sebagai padang rumput atau daerah seperti sabana.

Studi ini menawarkan bukti langsung pertama tentang keberadaan nenek moyang manusia di lanskap Sundalandia yang sekarang terendam, menantang keyakinan sebelumnya tentang batas geografis Homo erectus.

Ini menyoroti peran penting lanskap terendam dalam melacak evolusi dan migrasi manusia di seluruh Asia Tenggara.

Berghuis dan timnya menunjukkan bagaimana menggabungkan metode geologi, arkeologi, dan paleoenvironmental bisa mengungkap bab-bab sejarah manusia yang hilang yang tersembunyi di bawah laut.

Fosil-fosil di Selat Madura hanyalah satu bagian dari teka-teki yang membentang lintas benua dan ribuan tahun. Seiring kemajuan teknologi eksplorasi bawah laut, para ilmuwan berharap dapat mengungkap kota-kota, pertanian, dan kenangan yang tertinggal di daratan yang tenggelam. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Demak just now

Welcome to TIMES Demak

TIMES Demak is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.